Dosen, AI, dan Etika

Desember 08, 2025



Ngainun Naim

 

Menulis itu merupakan kewajiban bagi dosen. Sebagai kewajiban, ia harus dilaksanakan. Pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sebagai kewajiban sepanjang karir sebagai dosen mengharuskan adanya aktivitas menulis.

Meskipun sebagai kewajiban, ternyata menulis bukan hal yang mudah dilakukan. Tidak semua dosen menjadikan menulis sebagai keterampilan. Tentu tidak mudah memetakan persoalan dan mengurainya.

Salah satu penopang tradisi menulis adalah tradisi membaca. Tanpa membaca, tidak ada yang bisa ditulis. Tanpa membaca, kecil kemungkinan bisa menautkan satu demi satu gagasan. Imajinasi kreatif tidak bisa tumbuh dan berkembang pesat.

Di tengah situasi yang semacam ini, muncul Artificial Intelligent [AI]. Kemunculannya mengejutkan. Banyak yang merasa tertolong dan memanfaatkan AI untuk berbagai kepentingan. Salah satunya adalah memanfaatkan AI untuk kepentingan penulisan.

Meskipun demikian, persoalan mulai muncul. Banyak yang memanfaatkan AI secara total tanpa mempertimbangkan aspek etis. Hal ini ditunjang oleh berbagai iklan di media massa yang menjanjikan bisa menulis artikel jurnal dalam hitungan hari. Buku pun bisa dibuat hanya dalam hitungan hari.

Sungguh kampanye yang banyak banyak menarik minat. Terbukti banyak sekali artikel jurnal, buku, dan aneka karya tulis yang sesungguhnya bukan merupakan produk manusia tetapi karya AI. Di sinilah etika seharusnya menjalankan peranan penting.

AI merupakan realitas yang harus dipahami secara bijak. Ia harus dikuasai secara baik. Bagaimana pun, dosen yang menguasai AI akan bisa mengalahkan dosen yang tidak menguasai AI. Namun demikian penguasaan saja tidak cukup. Perlu panduan etika yang kokoh. Juga keteguhan intelektual.

Kemampuan menulis itu anugerah Allah yang harus disyukuri. Caranya dengan rajin membaca dan praktik menulis.

 

Tulungagung, 8-12-2025

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.