Generasi Merunduk, Literasi Digital, dan Pendekatan Integratif
Ngainun Naim
Dunia digital berkembang sangat pesat. Temuan demi temuan terus saja
bermunculan. Belum lagi satu produk dinikmati secara maksimal, sudah
muncul produk baru lagi.
Hal ini berlangsung secara terus-menerus. Tanpa henti.
Tanpa ada batas kejenuhan.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari perkembaangan
dunia digital. Persebaran informasi yang cepat, perkembangan ekonomi,
peningkatan pendapatan, dan aneka manfaat lainnya. Namun efek negatifnya tidak
main-main.
Kedua aspek penting diketahui dan dipahami secara baik.
Sudah cukup banyak contoh orang yang untung dan buntung di dunia digital. Tugas
kita sebagai akademisi adalah mempelajari fenomena semacam ini,
merefleksikannya dalam kehidupan, dan menyusun strategi yang bisa memberikan
kemanfaatan, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat.
Salah satu hal yang perlu menjadi bahan renungan adalah
munculnya fenomena generasi merunduk. Bukan karena takdhim tetapi karena fokus
pada layar kaca. Padahal menggunakan teknologi itu ada batas waktunya. Karena
tidak memahami batas inilah maka mereka merepresentasikan diri sebagai generasi
yang kurang peduli secara sosial, minim simpati, dan jauh dari empati.
Teknologi informasi telah mengubah banyak hal dalam
kehidupan. Kebiasaan berubah. Budaya baru terbangun. Tidak semuanya jelek.
Namun ekses juga perlu dicermati agar ekses destruksi bisa diminimalisir.
Generasi semacam ini memiliki jarak dengan kehidupan yang
sesungguhnya. Mereka gamang menghadapi realitas. Di sini peran keluarga sangat
penting.
Keluarga adalah fondasi pendidikan. Di sini perlu
dibangun pemahaman dan kesadaran untuk menggunakan handphone secara bijak.
Komunikasi secara manusiawi tanpa melihat teknologi merupakan hal mendasar yang
semakin minimal.
Fenomena lain yang juga perlu dicermati adalah konten
keagamaan di media sosial. Apa pun yang kita baca dan lihat akan mempengaruhi
terhadap rasa, pengetahuan, dan paradigma hidup. Justru karena itulah perlu
kejernihan sikap dan watak kritis dalam mengakses konten keagamaan di media
sosial.
Literasi digital dalam bidang keagamaan penting untuk
terus dilakukan. Sudah banyak yang menjadi korban pemahaman keagamaan yang
tidak moderat. Ini menjadi tantangan bersama.
Dunia digital dan segenap tantangannya menerpa semua
pihak. Ini berarti juga menjadi tanggung jawab semua pihak. Maka pendekatan
integratif sangat diperlukan. Tinggal siapa yang memulai, mengoordinasi, lalu
bersama-sama bergerak sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
Tulungagung, 14 Juni 2026.
Tidak ada komentar: