Generasi Merunduk, Literasi Digital, dan Pendekatan Integratif

Juni 16, 2025

Ngainun Naim

 

Dunia digital berkembang sangat pesat. Temuan demi temuan terus saja bermunculan. Belum lagi satu produk dinikmati secara maksimal, sudah muncul produk baru lagi.

Hal ini berlangsung secara terus-menerus. Tanpa henti. Tanpa ada batas kejenuhan.

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari perkembaangan dunia digital. Persebaran informasi yang cepat, perkembangan ekonomi, peningkatan pendapatan, dan aneka manfaat lainnya. Namun efek negatifnya tidak main-main.

Kedua aspek penting diketahui dan dipahami secara baik. Sudah cukup banyak contoh orang yang untung dan buntung di dunia digital. Tugas kita sebagai akademisi adalah mempelajari fenomena semacam ini, merefleksikannya dalam kehidupan, dan menyusun strategi yang bisa memberikan kemanfaatan, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat.

Salah satu hal yang perlu menjadi bahan renungan adalah munculnya fenomena generasi merunduk. Bukan karena takdhim tetapi karena fokus pada layar kaca. Padahal menggunakan teknologi itu ada batas waktunya. Karena tidak memahami batas inilah maka mereka merepresentasikan diri sebagai generasi yang kurang peduli secara sosial, minim simpati, dan jauh dari empati.



Teknologi informasi telah mengubah banyak hal dalam kehidupan. Kebiasaan berubah. Budaya baru terbangun. Tidak semuanya jelek. Namun ekses juga perlu dicermati agar ekses destruksi bisa diminimalisir.

Generasi semacam ini memiliki jarak dengan kehidupan yang sesungguhnya. Mereka gamang menghadapi realitas. Di sini peran keluarga sangat penting.

Keluarga adalah fondasi pendidikan. Di sini perlu dibangun pemahaman dan kesadaran untuk menggunakan handphone secara bijak. Komunikasi secara manusiawi tanpa melihat teknologi merupakan hal mendasar yang semakin minimal.

Fenomena lain yang juga perlu dicermati adalah konten keagamaan di media sosial. Apa pun yang kita baca dan lihat akan mempengaruhi terhadap rasa, pengetahuan, dan paradigma hidup. Justru karena itulah perlu kejernihan sikap dan watak kritis dalam mengakses konten keagamaan di media sosial.

Literasi digital dalam bidang keagamaan penting untuk terus dilakukan. Sudah banyak yang menjadi korban pemahaman keagamaan yang tidak moderat. Ini menjadi tantangan bersama.

Dunia digital dan segenap tantangannya menerpa semua pihak. Ini berarti juga menjadi tanggung jawab semua pihak. Maka pendekatan integratif sangat diperlukan. Tinggal siapa yang memulai, mengoordinasi, lalu bersama-sama bergerak sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

 

Tulungagung, 14 Juni 2026.

 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.