Sarapan di Surabaya, Makan Siang di Jakarta, dan Makan Malam di Banda Aceh
Ini kisah perjalanan yang saya lakukan
bersama dua orang teman—Rizqa Ahmadi dan Ginanjar Akhmad Syamsudin—pada tanggal
29 Mei 2025 lalu. Perjalanan yang sayang jika tidak dicatat.
Berangkat dengan drama. Itu kalimat yang bisa mewakili
perjalanan kali ini. Bayangkan, jadwal dimajukan dua jam
tetapi saya baru tahu setelah subuh.
Jadwal awal pesawat akan berangkat pukul 10.15.
Belakangan dimajukan pukul 08.15.
Meskipun begitu semua itu memberikan pengalaman yang
sungguh luar biasa. Pengalaman berkesan yang harus direkam dalam catatan
semacam ini agar tidak hilang begitu saja. Memang foto bisa mewakili keadaan
tetapi narasi yang dilengkapi foto tentu akan lebih kuat lagi.
Beruntung masih bisa menyesuaikan dengan kebijakan
kemajuan jam penerbangan ini. Bahkan masih sempat sarapan juga.
Kami sarapan di Warung Margo Nyaman yang lokasinya ada di
timur masjid Bandara Juanda Surabaya. Kantin ini cocok untuk saya yang orang desa. Menunya
tradisional. Beda dengan yang ada di dalam bandara.
Satu lagi yang penting, yaitu harga yang cukup
bersahabat. Harga nasi rata-rata di bawah 20 ribu. Justru harga minuman yang
lebih mahal.
Usai sarapan kami segera check in. Tidak terlalu
lama, panggilan boarding. Kami pun segera masuk dan menikmati
perjalanan.
Perjalanan sampai Jakarta cukup lancar. Masih ada jeda
waktu yang cukup panjang sebelum akhirnya kami melanjutkan perjalanan.
Agenda siang adalah makan. Pilihannya adalah keluar.
Tentu tidak terlalu jauh. Saya ajak kawan-kawan menuju kantin yang ada di dekat
parkir Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta. Namanya Kantin Kota.
Menunya masih nyambung dengan perut saya. Tidak banyak
berbeda dengan menu yang sehari-hari acap saya nikmati. Satu lagi yang penting,
yaitu harganya masih rasional.
Usai makan kami kembali ke dalam terminal. Agendanya adalah shalat dan
menunggu penerbangan yang akan mengantarkan kami ke Banda Aceh.
Memang perjalanan itu selalu menyajikan kisah. Jika
awalnya kami harus maju dua jam saat di Juanda Surabaya, ternyata untuk menuju
Aceh jadwal pesawatnya mundur. Memang tidak terlalu lama, tetapi menambah
panjang daftar menunggu.
Perjalanan ke Banda Aceh ditempuh selama 2 jam 10 menit.
Kami sampai Banda Aceh pukul 18.30. Di luar bandara kami sudah ditunggu oleh Bu Dr. Yuni Roslaili
dan Muhammad Al Banna, putranya. Beliau dan tim Aceh yang akan menemani kami
dalam kegiatan riset di Aceh kali ini.
Dalam perjalanan ke hotel, kami diajak makan malam di sebuah
rumah makan yang cukup ramai. Parkirnya padat merayap. Namanya Mie dan Nasi
Goreng Bardi.
Sebuah perjalanan yang menarik. Sarapan di Surabaya, makan
siang di Jakarta, dan makan malam di Banda Aceh.
Tulungagung, 18 Juni 2025
Tidak ada komentar: