Jejak Historis dan Kolaborasi Pemberdayaan Masyarakat
Ngainun Naim
Ada satu kegiatan
sangat penting pada tanggal tanggal 6 Oktober 2025, yaitu Focus Group
Discussion Persiapan KKN Kolaborasi Nusantara. Kegiatan diadakan di Amaris
Hotel Ponorogo. Panitia pengundang adalah Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat UIN Kiai Ageng Mohammad Besari Ponorogo.
Saya kebetulan
diminta untuk menjadi salah satu narasumber. Tentu ini sebuah kehormatan yang
luar biasa. Mungkin karena panitia mengetahui UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung menjadi host dalam kegiatan KKN pada tahun 2022.
Wakil Rektor 1 UIN
Kiai Ageng Muhammad Besari Ponorogo, Prof. Dr. Luthfi Hadi Aminuddin, M.Ag saat
sambutan pada acara pembukaan menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat penting
sebagai upaya untuk persiapan pelaksanaan kegiatan pada tahun 2026. Momentum
pertemuan adalah momentum untuk saling berbagi ilmu, pengetahuan, dan
pengalaman demi kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Jejak Historis
Saat menyampaikan presentasi
saya sampaikan bahwa ada jejak historis yang tidak boleh dilupakan. Jejak yang
menyebutkan bahwa dulu ada satu IAIN Sunan Ampel di Surabaya dan ada delapan
fakultas di daerah. Seiring perjalanan waktu masing-masing kemudian lepas dan
berdiri sebagai kampus mandiri.
Para pimpinan kampus
ex. Persemakmuran Sunan Ampel ini pada tahun 2017 membuat Piagam Sunan
Ampel. Dokumen piagam ditandatangani di Tulungagung tertanggal 8 April
2017. Ada tiga hal yang menjadi kesepakatan.
Tahun 2018 adalah
tahun pertama penerjemahan kesepakatan dalam bentuk KKN. Tempatnya di Mataram.
Saat itu, KKN berlangsung sukses meskipun ada tantangan yang tidak akan
terlupakan, yakni gempa. Ya, KKN berlangsung dalam gempuran gempa bertubi-tubi.
Tahun 2019 KKN
dilaksanakan di Samarinda. Secara umum KKN berjalan dengan baik. Proses kerja
sama semakin intensif dan meneguhkan maknanya bagi kebersamaan dan kesuksesan,
Tahun 2020-2021 tidak
ada KKN kolaborasi karena Pandemi Covid-19. Tahun 2022 kembali dilaksanakan KKN
dengan host UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, tahun 2023 dengan host UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang, dan tahun 2024 dengan host UIN Kiai Haji
Achmad Shiddiq Jember.
Signifikansi
Kegiatan
KKN Nusantara Persemakmuran Ex. Sunan Ampel penting untuk terus dilaksanakan
karena beberapa pertimbangan. Pertama, merawat sejarah kebersamaan. Kami
pernah bersama dalam satu lembaga. Ini fakta sejarah yang tidak bisa diabaikan
dan dilupakan.
Kedua, berbagi
pengalaman. Bersua dan berdiskusi merupakan momentum sangat berharga. Banyak
pengalaman penting yang bisa dibagikan untuk memperkaya pengetahuan dan modal
dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian.
Ketiga, sinergi
keilmuan. Ilmu tumbuh dan berkembang melalui interaksi yang berlangsung secara
dinamis. Sumber ilmu bermacam-macam. Salah satunya dari diskusi yang dilaksanakan
secara konstruktif.
Keempat, memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman yang lebih luas. KKN
di kampus lain adalah kesempatan yang sangat berharga. Mahasiswa bisa tumbuh
dan berkembang karena adanya interaksi dengan mahasiswa dari berbagai perguruan
tinggi.
Kelima, penguatan
jaringan antar kampus. Jaringan itu sangat penting. Dalam konteks pengabdian
kepada masyarakat, adanya jaringan memberikan manfaat dalam memperkaya
pengetahuan, wawasan, dan keterampilan seluruh sivitas akademik.
Refleksi
Ada beberapa hal yang
bisa dijadikan sebagai refleksi akhir dari kegiatan di Ponorogo selama tiga
hari ini. Pertama, pembacaan tentang realitas sosial Ponorogo yang unik.
Misalnya, di Ponorogo dikenal ada Desa Idiot yang merujuk pada sebuah desa yang
dulu penduduknya banyak menyandang Tuna Grahita, Desa Gila yang merujuk pada
sebuah desa yang banyak penduduknya ODGJ. Namun realitas positif juga harus
dibaca secara objektif. Ponorogo juga dikenal sebagai pusatnya pondok modern
dengan segala inovasinya. Juga banyak komunitas kreatif yang unik dan menarik.
Kedua, pembacaan realitas unik yang ada di Ponorogo penting
untuk diletakkan dalam kerangka pengabdian yang produktif. Karya-karya
pengabdian dituntut untuk menghadirkan inovasi. Bukan sekadar formalitas dan
pengulangan. Ini penting agar karya pengabdian yang dilakukan bisa dikonversi
menjadi karya-karya akademik yang menarik.
Ketiga, mahasiswa itu cermin perkembangan zaman. Mereka
merepresentasikan semangat zaman. Ini harus dikelola, dikomunikasikan, dan
diberdayakan agar kreasi-kreasi mereka dalam kegiatan pengabdian menghasilkan
sesuatu yang tidak hanya menarik, tetapi juga penting dan bermanfaat.
Keempat, kegiatan pengabdian tidak bisa memberikan hasil maksimal jika
dilakukan sendirian. Substansi pengabdian itu adalah kolaborasi. Semakin banyak
pihak-pihak yang terlibat akan semakin bagus.
Kelima, kegiatan pengabdian itu bukan kegiatan sederhana.
Kegiatan ini sesungguhnya menjadi bagian tidak terpisah dari kehidupan seorang
dosen. Meskipun, dalam realitasnya, hanya orang konsisten saja yang mau
melakukannya dengan totalitas. Pada titik inilah, diperlukan upaya secara
terus-menerus untuk melaksanakan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Tidak ada komentar: