Pedoman dan Dipedomani

Oktober 31, 2025



Ngainun Naim

 

Tanggal 24 September 2025 saya menerima pesan WA dari Wakil Rektor 1 UIN Raden Mas Said Surakarta, Dr. H. Zainul Abas, M.Ag. Isinya adalah permintaan agar saya menjadi pembicara dalam sebuah acara. Pesan dilampiri undangan secara resmi. Acara dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2025. Tidak ada opsi. Tidak ada tawaran.

Materinya tentang Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Bagi saya ini merupakan sebuah kepercayaan. Namun juga menjadi tantangan karena saya harus menyiapkan materi secara baik. Juga mengondisikan jam mengajar yang harus saya tinggalkan untuk hadir di Surakarta.

Saya sesungguhnya tidak memiliki kompetensi memadai tentang topik yang diminta untuk disampaikan. Hanya sedikit pengalaman. Juga sedikit bacaan. Modal itulah yang kemudian saya tuangkan dalam PPT.

 

Makna Penting Buku Pedoman

Setiap kampus harus memiliki pedoman penyusunan tugas akhir. Pedoman, secara bahasa, berarti acuan bersama tentang benar dan salah yang dihasilkan dari konvensi di sebuah institusi. Sebagai acuan, pedoman harus jelas dan bisa dipedomani. Selain itu, seluruh warga institusi juga seharusnya menjadikan pedoman sebagai acuan.

Penulisan tugas akhir dalam bentuk karya tulis ilmiah [skripsi dan tugas lain yang sah] merupakan salah satu ciri pokok kegiatan perguruan tinggi. Penulisan tugas akhir memerlukan pedoman yang berfungsi memberikan petunjuk tentang cara menulis dan hal-hal teknis lain yang terkait. Jadi pedoman mengatur aspek-aspek teknis secara detail.

Berdasarkan pengamatan, buku pedoman ternyata tidak selalu dipedomani. Secara sederhana posisi buku pedoman belum maksimal dalam beberapa bentuk. Pertama, pedoman belum tersosialisasikan secara baik. Kedua, pedoman sudah disebarluaskan tetapi tidak dibaca secara cermat. Ketiga, pedoman diketahui tetapi tidak dipedomani. Keempat, dosen memiliki gaya sendiri dalam penulisan akademik yang tidak sejalan dengan pedoman yang sudah ada.

 

Kombinasi

Salah satu hal yang saya temukan dari pengalaman membimbing dan menguji tugas akhir adalah kemampuan teori dan praktik penelitian mahasiswa. Banyak mahasiswa yang teori kurang matang. Demikian juga dengan praktiknya. Oleh karena itu, metodologi penelitian perlu didesain secara kombinatif antara teori dan praktik. Teori saja membuat mahasiswa kesulitan dalam melaksanakan penelitian untuk skripsi.

Ada alternatif lain yang perlu dipertimbangkan, yaitu kombinasi yang memungkinkan mahasiswa belajar teori secara terbimbing dan juga mempraktikkan penelitian tahap demi tahap. Implementasinya membutuhkan kesabaran dalam menjalani prosesnya, baik pada dosen atau pada mahasiswa.

Penelitian itu terkait dengan jam terbang. Semakin sering dilakukan, memberi modal untuk semakin mudah melakukan penelitian. Model kombinasi memungkinkan mahasiswa berlatih melakukan penelitian sebelum menulis skripsi.

Ada kemungkinan lainnya, yaitu mendesain mini riset. Ini perlu diperbanyak untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam meneliti. Semakin terlatih menjalankan mini riset, semakin terampil dalam melaksanakan penelitian.

 


Keterampilan Umum

Kecerdasan buatan sudah menjadi bagian dari kehidupan, termasuk di dunia akademik. Banyak yang merasakan gelisah. Namun kegelisahan tidak akan mengubah keadaan. Aspek yang penting untuk dipikirkan adalah bentuk respon aktif-kreatif seperti apa yang bisa dilakukan.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah menarik batas yang tegas tentang aspek substansial yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Batas ini penting dan jangan sampai diabaikan, apalagi ditinggalkan, karena kehadiran kecerdasan buatan.

Keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh mahasiswa adalah mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya.

Mahasiswa diharapkan mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni; dan menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk skripsi atau laporan akhir, dan mengunggahnya di laman perguruan tinggi.

Konteks idealitas mahasiswa semacam ini tidak tersentuh oleh kecerdasan buatan. Justru mahasiswa yang memiliki keterampilan umum semacam ini akan mampu menjadikan kecerdasan buatan sebagai alat bantu dalam menjalankan aktivitas akademik. Bukan justru menjadi budak kecerdasan buatan yang hanya memanfaatkan produk-produknya dengan mengabaikan aspek-aspek mendasar yang berkaitan dengan kemanusiaan.

 

Kejahatan Penelitian

Ada satu ungkapan penting berkaitan dengan penelitian, “Peneliti boleh salah tetapi tidak boleh bohong”. Ungkapan ini secara intrinsik menjelaskan bahwa peneliti dan penelitian itu basisnya kejujuran. Tidak boleh ada manipulasi atau hal-hal yang bertentangan dengan kejujuran.

Realitas menunjukkan adanya aneka bentuk perilaku ketidakjujuran, bahkan kejahatan. Tindakan-tindakan seperti fabrikasi [manipulasi], falsifikasi [pemalsuan], plagiarisme, kecerobohan, tindakan diskriminatif, tidak dilaporkannya benturan kepentingan atau data yang bertentangan, dan praktik penelitian lain yang tidak bertanggungjawab dan menurunkan kepercayaan akan hasil penelitian (Mayling Oey-Gardiner, dkk: 2022, 72) merupakan bentuk kejahatan penelitian.

 

Pembenahan Modal

Ada banyak kritik terkait kualitas tugas akhir mahasiswa, baik di tingkat sarjana, magister, atau doktor. Kritik semacam ini penting untuk diposisikan sebagai bahan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan. Adanya kritik bukan berarti melakukan generalisasi bahwa semua tugas akhir mahasiswa kualitasnya belum sesuai harapan.

Realitas menunjukkan banyak karya mahasiswa berkualitas, bahkan sangat berkualitas. Beberapa diakui di level nasional dan internasional. Namun karya dengan kualitas semacam ini belum dominan.

Ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki agar kualitas tugas akhir semakin berkualitas. Menurut Mien A. Rifai dalam buku Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011), ada empat hal yang penting untuk dipertimbangkan. Pertama, penting dipahami bahwa penulisan tugas akhir adalah produk kegiatan kecendekiaan. Hal ini bermakna bahwa penelitian dan penulisan tugas akhir memerlukan penguasaan keterampilan yang perlu diasah secara konsisten.

Kedua, seperangkat alat penolong, yaitu pembuatan catatan rapi terkait penelitian. Catatan bisa di komputer atau buku. Juga perlunya diskusi dengan dosen pembimbing.

Ketiga, bantuan perlengkapan fisik. Lingkungan kondusif dalam menulis tugas akhir.

Keempat, kesiapan mental. Hanya penulis yang tahu kapan siap bekerja, menulis, dan berkarya.

 

Etika

Aspek yang juga penting dalam penulisan tugas akhir adalah etika. Ini mulai dari penentuan topik, publikasi hingga penyimpanan data. Aspek ini penting ditekankan di tengah semakin seringnya ditemukan laporan hasil penelitian yang melanggar etika.

Ada pendapat penting dari Samuel Johnson yang penting menjadi bahan renungan, yaitu integritas tanpa pengetahuan lemah dan tidak berguna. Pengetahuan tanpa integritas mengerikan dan berbahaya.

Produksi dan penyebarluasan pengetahuan baru adalah inti penelitian. Konsekuensinya, penelitian harus dilakukan secara transparan dan diketahui secara luas. Di sini integritas sangat penting.

 

Bacaan

Mayling Oey-Gardiner, dkk., Kode Etik dalam Penelitian Ilmu Sosial di Indonesia, (Jakarta: YOI, 2022).

Mien A. Rifai dalam buku Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011)

2 komentar:

  1. Mohon maaf, Bapak, bolehkah kiranya saya bertanya? Ketika membaca bagian "Kejahatan Penelitian", pikiran saya bertanya-tanya, "Bagaimanakah kiranya cara saya untuk mengetahui bahwasanya karya itu mengandung kejahatan penelitian?" Saya pikir, implikasinya akan sangat besar sebab hasil penelitian sangat mungkin tidak hanya "berhubungan dan untuk" peneliti sendiri, tetapi juga orang lain. Misalnya, hasil penelitian yang dipublikasikan akan dibaca orang lain dan dijadikan pedoman, rujukan, dasar bagi penelitian lain atau pemikiran. Selain itu, dalam penelitian yang membutuhkan orang lain (informan, narasumber, responden, atau subjek penelitian lainnya), tentunya mereka dapat terkena imbasnya (entah positif atau negatif) karena mereka merupakan "sumber data" dari peneltian. Terima kasih, Bapak.

    BalasHapus
  2. Renyah semuanya, semuanya renyah.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.