Pedoman dan Dipedomani
Ngainun Naim
Tanggal 24 September
2025 saya menerima pesan WA dari Wakil Rektor 1 UIN Raden Mas Said Surakarta,
Dr. H. Zainul Abas, M.Ag. Isinya adalah permintaan agar saya menjadi pembicara
dalam sebuah acara. Pesan dilampiri undangan secara resmi. Acara dilaksanakan
pada tanggal 1 Oktober 2025. Tidak ada opsi. Tidak ada tawaran.
Materinya tentang
Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Bagi saya ini merupakan sebuah kepercayaan.
Namun juga menjadi tantangan karena saya harus menyiapkan materi secara baik.
Juga mengondisikan jam mengajar yang harus saya tinggalkan untuk hadir di
Surakarta.
Saya sesungguhnya
tidak memiliki kompetensi memadai tentang topik yang diminta untuk disampaikan.
Hanya sedikit pengalaman. Juga sedikit bacaan. Modal itulah yang kemudian saya
tuangkan dalam PPT. 
Makna Penting Buku Pedoman
Setiap
kampus harus memiliki pedoman penyusunan tugas akhir. Pedoman, secara bahasa,
berarti acuan bersama tentang benar dan salah yang dihasilkan dari konvensi di
sebuah institusi. Sebagai acuan, pedoman harus jelas dan bisa dipedomani.
Selain itu, seluruh warga institusi juga seharusnya menjadikan pedoman sebagai
acuan. 
Penulisan
tugas akhir dalam bentuk karya tulis ilmiah [skripsi dan tugas lain yang sah]
merupakan salah satu ciri pokok kegiatan perguruan tinggi. Penulisan tugas
akhir memerlukan pedoman yang berfungsi memberikan petunjuk tentang cara
menulis dan hal-hal teknis lain yang terkait. Jadi pedoman mengatur aspek-aspek
teknis secara detail.
Berdasarkan
pengamatan, buku pedoman ternyata tidak selalu dipedomani. Secara sederhana
posisi buku pedoman belum maksimal dalam beberapa bentuk. Pertama, pedoman
belum tersosialisasikan secara baik. Kedua, pedoman sudah disebarluaskan
tetapi tidak dibaca secara cermat. Ketiga, pedoman diketahui tetapi
tidak dipedomani. Keempat, dosen memiliki gaya sendiri dalam penulisan
akademik yang tidak sejalan dengan pedoman yang sudah ada.
Kombinasi
Salah
satu hal yang saya temukan dari pengalaman membimbing dan menguji tugas akhir
adalah kemampuan teori dan praktik penelitian mahasiswa. Banyak mahasiswa yang teori
kurang matang. Demikian juga dengan praktiknya. Oleh karena itu, metodologi
penelitian perlu didesain secara kombinatif antara teori dan praktik. Teori
saja membuat mahasiswa kesulitan dalam melaksanakan penelitian untuk skripsi. 
Ada
alternatif lain yang perlu dipertimbangkan, yaitu kombinasi yang memungkinkan
mahasiswa belajar teori secara terbimbing dan juga mempraktikkan penelitian
tahap demi tahap. Implementasinya membutuhkan kesabaran dalam menjalani
prosesnya, baik pada dosen atau pada mahasiswa. 
Penelitian
itu terkait dengan jam terbang. Semakin sering dilakukan, memberi modal untuk
semakin mudah melakukan penelitian. Model kombinasi memungkinkan mahasiswa
berlatih melakukan penelitian sebelum menulis skripsi.
Ada
kemungkinan lainnya, yaitu mendesain mini riset. Ini perlu diperbanyak untuk
meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam meneliti. Semakin terlatih
menjalankan mini riset, semakin terampil dalam melaksanakan penelitian. 
Keterampilan Umum
Kecerdasan buatan
sudah menjadi bagian dari kehidupan, termasuk di dunia akademik. Banyak yang
merasakan gelisah. Namun kegelisahan tidak akan mengubah keadaan. Aspek yang
penting untuk dipikirkan adalah bentuk respon aktif-kreatif seperti apa yang
bisa dilakukan.
Salah satu yang bisa
dilakukan adalah menarik batas yang tegas tentang aspek substansial yang harus
dimiliki oleh mahasiswa. Batas ini penting dan jangan sampai diabaikan, apalagi
ditinggalkan, karena kehadiran kecerdasan buatan. 
Keterampilan dasar yang
harus dimiliki oleh mahasiswa adalah mampu menerapkan pemikiran logis, kritis,
sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora
yang sesuai dengan bidang keahliannya.
Mahasiswa diharapkan
mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan
teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan
keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam menghasilkan
solusi, gagasan, desain atau kritik seni; dan menyusun deskripsi saintifik
hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk skripsi atau laporan akhir, dan
mengunggahnya di laman perguruan tinggi.
Konteks idealitas
mahasiswa semacam ini tidak tersentuh oleh kecerdasan buatan. Justru mahasiswa
yang memiliki keterampilan umum semacam ini akan mampu menjadikan kecerdasan
buatan sebagai alat bantu dalam menjalankan aktivitas akademik. Bukan justru
menjadi budak kecerdasan buatan yang hanya memanfaatkan produk-produknya dengan
mengabaikan aspek-aspek mendasar yang berkaitan dengan kemanusiaan.
Kejahatan Penelitian
Ada
satu ungkapan penting berkaitan dengan penelitian, “Peneliti boleh salah
tetapi tidak boleh bohong”. Ungkapan ini secara intrinsik menjelaskan bahwa
peneliti dan penelitian itu basisnya kejujuran. Tidak boleh ada manipulasi atau
hal-hal yang bertentangan dengan kejujuran. 
Realitas
menunjukkan adanya aneka bentuk perilaku ketidakjujuran, bahkan kejahatan. Tindakan-tindakan seperti fabrikasi [manipulasi], falsifikasi [pemalsuan],
plagiarisme, kecerobohan, tindakan diskriminatif, tidak dilaporkannya benturan
kepentingan atau data yang bertentangan, dan praktik penelitian lain yang tidak
bertanggungjawab dan menurunkan kepercayaan akan hasil penelitian (Mayling Oey-Gardiner, dkk: 2022, 72) merupakan bentuk kejahatan penelitian.
Pembenahan Modal
Ada banyak kritik
terkait kualitas tugas akhir mahasiswa, baik di tingkat sarjana, magister, atau
doktor. Kritik semacam ini penting untuk diposisikan sebagai bahan untuk
menentukan langkah-langkah perbaikan. Adanya kritik bukan berarti melakukan
generalisasi bahwa semua tugas akhir mahasiswa kualitasnya belum sesuai
harapan.
Realitas
menunjukkan banyak karya mahasiswa berkualitas, bahkan sangat berkualitas. Beberapa
diakui di level nasional dan internasional. Namun karya dengan kualitas semacam
ini belum dominan.
Ada beberapa aspek
yang perlu diperbaiki agar kualitas tugas akhir semakin berkualitas. Menurut Mien
A. Rifai dalam buku Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2011), ada empat hal yang penting untuk
dipertimbangkan. Pertama, penting dipahami bahwa penulisan tugas akhir adalah
produk kegiatan kecendekiaan. Hal ini bermakna bahwa penelitian dan penulisan tugas akhir memerlukan
penguasaan keterampilan yang perlu diasah secara konsisten.
Kedua,
seperangkat alat penolong, yaitu pembuatan
catatan rapi terkait penelitian.
Catatan bisa di komputer atau buku. Juga perlunya diskusi dengan dosen pembimbing.
Ketiga,
bantuan perlengkapan fisik. Lingkungan
kondusif dalam menulis tugas akhir.
Keempat,
kesiapan mental. Hanya
penulis yang tahu kapan siap bekerja, menulis, dan berkarya. 
Etika
Aspek yang juga
penting dalam penulisan tugas akhir adalah etika. Ini mulai dari penentuan topik, publikasi hingga penyimpanan data. Aspek ini
penting ditekankan di tengah semakin seringnya ditemukan laporan hasil penelitian
yang melanggar etika.
Ada pendapat
penting dari Samuel Johnson yang penting menjadi bahan renungan, yaitu integritas tanpa pengetahuan lemah dan tidak berguna.
Pengetahuan tanpa integritas mengerikan dan berbahaya.
Produksi dan
penyebarluasan pengetahuan baru adalah inti penelitian. Konsekuensinya,
penelitian harus dilakukan secara transparan dan diketahui secara luas. Di sini
integritas sangat penting.
Bacaan
Mayling Oey-Gardiner,
dkk., Kode Etik dalam Penelitian Ilmu Sosial di Indonesia, (Jakarta:
YOI, 2022).
Mien A. Rifai
dalam buku Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2011)
 


 
 
 
 
 
 
 
 
Mohon maaf, Bapak, bolehkah kiranya saya bertanya? Ketika membaca bagian "Kejahatan Penelitian", pikiran saya bertanya-tanya, "Bagaimanakah kiranya cara saya untuk mengetahui bahwasanya karya itu mengandung kejahatan penelitian?" Saya pikir, implikasinya akan sangat besar sebab hasil penelitian sangat mungkin tidak hanya "berhubungan dan untuk" peneliti sendiri, tetapi juga orang lain. Misalnya, hasil penelitian yang dipublikasikan akan dibaca orang lain dan dijadikan pedoman, rujukan, dasar bagi penelitian lain atau pemikiran. Selain itu, dalam penelitian yang membutuhkan orang lain (informan, narasumber, responden, atau subjek penelitian lainnya), tentunya mereka dapat terkena imbasnya (entah positif atau negatif) karena mereka merupakan "sumber data" dari peneltian. Terima kasih, Bapak.
BalasHapusRenyah semuanya, semuanya renyah.
BalasHapus